Mungkin Judul film ini tak asing di
telinga kita. Kisah beberapa orang yang mencoba berpetualang menuju perut bumi.
Mungkin terlihat fiktif karena yang melakukan perjalanan tersebut ialah
beberapa anak remaja. Tapi saya punya perjalanan yang jauh lebih seru
dibandingkan perjalanan menuju perut bumi tersebut.
Baru beberapa bulan menjalani
orientasi CPNS di Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, beberapa kawan
mengajak saya untuk ikut naik mendaki Gunung Lawu. Saya terima ajakan itu tanpa
berpikir dua kali, karena sebelumnya saya selalu berkata dalam hati bahwa saya
ingin cuti naik gunung. Jenuh (bukan bosan ya J ). Mungkin karena saya sudah punya hobi baru di
dunai adventure kali ya (norak dikit :D ). Tujuan saya tak lain ialah karena
saya ingin mengenal lebih dekat teman teman orientasi saya di BPN RI, sekaligus
saya juga belum pernah naik Gunung Lawu. Mungkin dengan mendaki gunung, kita
sesama CPNS BPN bisa lebih dekat satu sama lain.
Ketika kumpul pertama kali untuk
briefing pendakian, ternya peserta yang hadir mencapai 20 orang lebih. Banyak
juga ya. Beberapa diantaranya ada yang sudah kenal sih, tapi sebagian besar
belum. Lalu ketika kami berangkat bersama menuju pos pendakian, ternyata
musibah menimpa Mas Yanto, salah satu anggota tim kami, yang menyebabkan dia
tidak turut serta. Berkurang deh salah satu sepuh pendakian gunung kita.
Pada saat tracking via Cemoro
Kandang, kebetulan saya jalan paling duluan. Mereka menganggap fisik saya
lumayan (ciee…) supaya saya bisa cepat sampai duluan dan mempersiapkan tenda
dan peralatan masak ketika sampai di pos Hargo Dalem. (ada warung lho diatas
gunung :D). Perjalanan saya sih tidak ada masalah karena saya jalan bareng
Rahmat a.k.a Agon Pas, mountaineer asal Aceh Besar yang naik gunung nya bisa
sambil ngerokok dan lari, serta Uda Heru yang sanggup bawa keril isi kulkas
dengan enteng dan santai ditemani rokok. Oh iya, yang bermasalah justru saya
karena saya tidak bisa mengimbangi tempo jalan mereka.
Ketika sampai, kami langsung gelar tenda.
Masak masak dan prepare untuk summit besok pagi. Ternyata ketika kami sedang
memasak, datang lah kawan kawan yang jalan belakangan. Sandy a.k.a B o b
(karena memanggil semua orang dengan panggilan ‘Bob’ ) nampak terengah engah
dan sudah tak tampak lagi suaranya. Padahal ketika masih di pos bawah riang
riuh sekali. Lalu Bram yang berjalan menggunakan hot pants ehh.. celana pendek
(tapi lebih mirip hot pants sih). Dengan badan besar dia langsung masuk tenda,
tarik selimut kemudian hening.
Ketika pagi hari kami sudah mempersiapkan perlengkapan
untuk summit. Dengan berharap pada keindahan puncak, maka kami pun berjalan
dengan semangat. Akhirnya tiba lah kami di puncak Gunung Lawu. Dengan segala
daya kami narsis sampai mampus.
Akhirnya kami turun dan pulang dengan perasaan riang.
Jadi dekat satu sama lain, saling mengenal dan berharap bisa naik gunung bareng
lagi. Sempat terpikir kami ingin membentuk suatu komunitas pendakian gunung di
lingkungan BPN RI. Bhumipala !!. Bahkan nama perkumpulannya saja sudah
terpikirkan. Akan kan rencana itu terwujud ???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar